ExitJangan Lupa Klik Like/Suka!

Jumat, 02 September 2011

Kisah Orang-orang yang Menjadi Kanibal Untuk Bertahan Hidup


Inilah kisah-kisah luar biasa tentang sekelompok orang yang melakukan praktek kanibalisme demi mempertahankan hidupnya.



Bencana yang terjadi membuat orang tidak lagi bisa berpikir normal.
Betapa tidak, terdampar di pegunungan terpencil di musim dingin, tanpa
makanan, apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan hidup?



Salah satu kisah paling terkenal adalah jatuhnya pesawat Uruguay Force
di pegunungan Andes pada tahun 1972. Demi bertahan hidup penumpangnya
terpaksa memakan mayat teman-temannya. Berikut kisah-kisah kanibalisme
terkenal yang terjadi karena bencana.





1. Kasus Jatuhnya Pesawat Uruguay Force Flight di Andes: Kasus Kanibalisme Paling Terkenal



Inilah kasus kanibalisme paling terkenal dalam sejarah, terjadi di
pegunungan Chili, Andes, perbatasan Argentina-Chilli pada musim dingin
tahun 1972.



Peristiwa ini bermula dengan jatuhnya pesawat carteran Uruguay Air Force
Flight 571 yang membawa 45 orang penumpang, termasuk di dalamnya tim
rugby dan keluarganya, di pegunungan Chili, Andes, 13 Oktober 1972.



Dari kecelakaan itu, 29 penumpang berhasil selamat, namun medan yang
berat membuat satu demi satu korban berjatuhan. Delapan orang tewas
tertimbun longsoran salju, beberapa lainnya menyusul ke alam baka karena
berbagai sebab, di antaranya, suhu yang luar biasa dingin dan cidera.








Praktis yang tersisa hanya 16 orang, mereka berhasil di selamatkan pada
23 Desember 1972. Itupun, setelah mereka sendiri berjuang mencari
bantuan, karena operasi penyelamatan telah dihentikan jauh-jauh hari.




Pemerintah setempat sudah menganggap mereka sebagai korban hilang yang
tak ditemukan, sampai akhirnya para korban itu datang sendiri melaporkan
lokasi mereka. Luar biasa!!!




Bayangkan, berada di ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut pada
saat musim dingin sedang hebat-hebatnya. Salju yang turun deras, nyaris
membekukan semuanya.




Nah, para korban ini, hanya memakai pakaian seadanya, tidak ada makanan,
siapapun tak bisa berpikir normal. Bagaimana caranya bertahan hidup,
itulah satu-satunya yang ada dalam pikiran mereka.








Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan memakan teman-teman
mereka yang telah tewas. Ini bukan keputusan mudah, bahkan terlalu
berat, tapi harus dilakukan jika ingin hidup.




Biasanya, dalam keadaan terjepit seperti itu, orang baru mengerti betapa
berharganya sebuah kehidupan. Dan mereka berjuang untuk
mempertahankannya, apapun caranya.




Yang menyakitkan, lewat radio mereka memonitor kalau upaya pencarian
mereka dihentikan karena lokasi kecelakaan tidak ditemukan.




Operasi penyelamatan mereka dihentikan setelah delapan hari pencarian,
atau 11 hari mereka jatuh di gunung. Pihak berwenang menganggap semua
korban pasti tidak ada yang selamat.




Bisa dimaklumi, lokasi pengunungan itu sangat sulit diakses, sementara
dari udara terlihat semua berwarna putih karena tertutup salju.
Celakanya, pesawat itu pun berwarna putih.







Nando Parrado, Roberto Canessa dan Sergio Katalan

(berdiri di belakang: penduduk yang menolong mereka)



Persisnya, 72 hari mereka survive sebelum akhirnya ditemukan tim SAR.
Itupun setelah dua orang dari korban, Nando Parrado dan Roberto Canessa,
berjuang mencari bantuan.




Mereka menuruni pegunungan, mencari jalan menuju ‘kehidupan’. Selama 12
hari keduanya menempuh jalan sulit, penduduk setempat, Sergio Katalan,
menemukan mereka.




Endingnya, semua korban (16 orang) dibawa ke rumah sakit Santiago dan
dirawat karena menderita penyakit ketinggian, dehidrasi, radang dingin,
patah tulang, kudis dan gizi buruk.




Pengalaman luar biasa ini, difilmkan pada tahun 1993, dan sejak itu
menjadi salah satu kisah ajaib paling terkenal sepanjang masa.




Tahun 2006 lalu, Nando Parrado, salah seorang yang selamat, membukukan
pengalamnya yang dramatis itu dalam buku berjudul Miracle in the Andes:
72 Days on the Mountain and My Long Trek Home.








2. Ekspedisi Franklin



Inilah ekspedisi yang paling disesali sepanjang masa yang populer dengan sebutan ekspedisi Franklin.




Seorang perwira angkatan laut yang sudah berpengalaman dan berkali-kali
memimpin ekspedisi, dan kali itu tahun 1845, dia diperintahkan Sir John
Barrow memimpin ekspedisi lagi, yakni menyelesasikan pemetaan bagian
barat laut ujung Kanada dan melayari Kutub Utara.




Ekspedisi itu sendiri dilakukan dua kapal, Erebus dan HMS Terror, dua kapal canggih di zamannya.








Tapi kecanggihan teknologi, tak mampu mengalahkan alam. Konon dua kapal
ini terkepung es di Victoria Selat dekat Pulau King William di Arktik
Kanada. Franklin dan 128 crew dan peneliti, hilang.




Nasib ekspedisi Franklin ini baru terungkap berabad-abad kemudian.
Selama itu pencarian terus dilakukan, bahkan dengan iming-iming hadiah.




Sebuah pencarian yang dipimpin oleh Francis Leopold McClintock pada
tahun 1859 menemukan sebuah catatan yang tertinggal di Pulau King
William tentang rincian ekspedisi itu. Pencarian kemudian dilanjutkan
sampai abad ke-19.








Barulah pada tahun 1981, lewat penelitian tim ilmuwan yang dipimpin Prof
Owen Beattie, seorang antropologi dari Universitas Alberta, berhasil
mengungkap beberapa hal dari temuan mereka di Pulau Beechey dan Pulau
Raja William.




Di Pulau Beechey di mana beberapa awak dikubur, ditemukan bahwa mereka
meninggal karena radang paru-paru dan mungkin TBC dan keracunan timah.




Tapi penemuan yang juga mengejutkan di Pulau King Williams di mana
terjadinya kanibalisme karena kelaparan sehingga akhirnya semua
terbunuh.








3. Kapal Pemburu Paus Essex




Cerita tentang kanibalisme untuk survive di kalangan pelaut sebenarnya
bukan hal yang baru. Bahkan pada awal-awal abad ke-19 dunia maritim
marak dengan cerita-cerita mengerikan semacam itu. Salah satu contohnya
adalah Kapal Essex, kapal pemburu paus, pada tahun 1820.




Kisah itu dimulai dengan kecelakaan kapal pada tahun 1820, di mana paus
menabrak Essex yang menyebabkan kapal tersebut tenggelam di 2.000 mil
laut (3.700 km) sebelah barat pantai barat Amerika Selatan.








Sebanyak 21 awak berhasil menyelamatkan diri di Pulau Henderson, wilayah
kepulauan Pitcairn. Di Pulau Henderson mereka bertahan dengan makan
ikan, burung juga tumbuhan yang ada, juga ditemukan sumber mata air
kecil untuk minum.




Sayangnya, sumber daya alam pulau itu hanya cukup untuk seminggu,
selanjutnya tidak ada lagi yang bisa dimakan. Mereka masih mencoba
bertahan dengan minum air kencing sendiri, tapi tidak lama. Jadi, bisa
ditebak apa yang terlintas di pikiran mereka untuk bisa bertahan.




Di sinilah berlaku hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang. Mereka
saling membatai, saling memakan. Tidak ada teman, sahabat, bahkan
saudara, semua saling bantai. Tragisnya, kapten kapal, Pollard ikut
memakan sepupunya, Owen Coffin, yang sebelumnya dibantai oleh anak
buahnya sendiri.




Pertolongan baru datang hampir setahun kemudian oleh kapal penangkap
ikan Dauphin Nantucket 95. Saat itu dua orang yang selamat, kapten
Pollard dan Ramsdell, orang yang membunuh Coffin sepupu Pollard. Di
tempat terpisah crew lain berhasil diselamatkan kapal dagang India.




Sebanyak delapan orang berhasil diselamatkan. Pengakuan mereka, mereka
berhasil bertahan hidup dengan mengkonsumsi mayat tujuh temannya.








4. Pengepungan Leningrad



Inilah kisah pengepungan paling lama dan paling banyak korban sepanjang
sejarah. Pengepungan Leningrad atau popular juga dengan sebutan Blokade
Leningrad, adalah operasi militer berkepanjangan yang dilakukan oleh
Jerman dan pasukan pertahan Finlandia untuk memblokade Leningrad pada 8
September 1941. Pengepungan ini berlangsung selama dua tahun.







Pengepungan Leningrad yang menimbulkan korban 1,5 juta jiwa.



Kota ini benar-benar terisolasi, baik di darat maupun laut. Selama
berbulan-bulan, para penduduk hanya makan dari danau yang ada di sana,
tapi ketika musim dingin tiba, danau beku. Tentara Soviet mengalami
kesulitan untuk memasok makanan. Masyarakat mulai kelaparan.




Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, para tukang roti di kota itu
diperintahkan untuk membuat roti yang dicampur dengan serbuk gergaji.
Ini semata-mata untuk bertahan hidup.




Selebihnya, burung, tikus, dan makan-makanan lain yang dalam kondisi
normal jijik untuk dimakan, terpaksa menjadi santapan. Ini semua demi
perut, dan demi kehidupan. Ketika tidak ada lagi yang bisa dimakan, maka
mulailah terjadi kanibalisme.








Praktek ini terjadi semakin meluas di seluruh kota, sampai-sampai Polisi
Leningrad merasa perlu melakukan patrol anti-kanibalisme, untuk
mencegah kondisi makin buas dan tak terkendali.




Dan memang itulah tujuan Jerman dan Finlandia untuk menjatuhkan Soviet.
Sekalipun belakangan diakui bahwa kanibalisme ini kenyataannya
menyelamatkan kehidupan banyak orang, tapi pada saat itu polisi tetap
melarang perbuatan itu.




Meski begitu kanibalisme tetap terjadi meski sembunyi-sembunyi. Diperkirakan, tragedi itu menyebabkan tewasnya 1,5 juta orang.




Berdasarkan catatan, ini bukan pertama kalinya rakyat Soviet melakukan
kanibalisme. Sebelumnya, tahun 1932-1933 terjadi bencana kelaparan yang
luas di Ukraina yang menyebabkan praktek kanibalisme terjadi di kawasan
itu.








5. Holocaust




Sampai sekarang peristiwa itu masih menjadi sumber perdebatan. Holocaust
adalah genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai
kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia
II.




Bangsa Yahudi di Eropa merupakan korban-korban utama dalam Holocaust,
yang disebut kaum Nazi sebagai “Penyelesaian Terakhir Terhadap Masalah
Yahudi”.




Jumlah korban Yahudi umumnya dikatakan mencapai 6 juta jiwa. Genosida
ini yang diciptakan Adolf Hitler dilaksanakan, antara lain, dengan
tembakan-tembakan, penyiksaan, dan gas racun, di kampung Yahudi dan Kamp
konsentrasi.




Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang dianggap kaum Nazi
“tidak disukai” antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia, suku Slavia
lainnya, penganut agama Katolik Roma, orang-orang cacat, orang cacat
mental, homoseksual, Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), orang
komunis, suku Gipsi (Orang Rom dan Sinti) dan lawan-lawan politik.
Mereka juga ditangkap dan dibunuh.




Jika turut menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga, maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa.










Kesadisan Jerman memperlakukan tawanannya
sudah menjadi cerita yang hidup puluhan tahun hingga kini. Apa dan
bagaimana mereka diperlakukan menjadi kisah yang tak henti-hentinya
mengundang air mata dan kemarahan.



Konon, para tawanan perang Jerman ini dibiarkan kelaparan di kamp-kamp
konsentrasi yang didirikan Jerman. Dampaknya, demi mempertahankan
hidupnya para tawanan pun saling memangsa satu sama lain.








6. Alferd Packer




Alferd Packer (21 November 1842 – 23 April 1907) sering dikenal sebagai
satu-satunya warga Amerika yang pernah dihukum dengan tuntutan
kanibalisme, meskipun sebenarnya tuntutannya adalah pembunuhan, bukan
kanibalisme.




Anggota Partai Donner yang terkenal itu pun, tidak dihukum karena
kanibalisme di California, karena secara hukum kanibalisme bukanlah
kejahatan di Amerika Serikat.









Pada 9 Februari 1874, dia dengan 5 orang lainnya melakukan ekspedisi di
pegunungan Colorado. Dua bulan kemudian Packer kembali dari ekspedisi
sendirian.



Ketika ditanya kemana orang-orang yang telah pergi dengan dia, Packer
mengatakan bahwa dia telah membunuh mereka semua untuk bertahan hidup
dengan terpaksa memakan tubuh teman-temannya.


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar