RESENSI NOVEL SALAH ASUHAN
A. Nilai Ekstrinsik Novel
- Biografi.
Abdoel Moeis adalah seorang pengarang zaulman Balai Pustaka yang berasal dari daerah Minangkabau. Ayahnya orang Minang dan ibunya orang Sunda. Ia adalah seorang pejuang kebangsaan Indonesia yang sezaman dengan H.O.S Cokroaminoto dan Ki Hajar Dewantara. Sebagi seorang perintis kemerdekaan, ia mulai menerjuni lapangan politik sejak tahun 1920 sebagai anggota Indieak Werbar, kemudian menjadi pemimpin Serikat Islam dan menjadi anggota Volksraad.
Setelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah rendah Belanda di Bukit tinggi ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian, ia mejadi wartawan di Bandung.
Abdoel Moeis lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 - wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun.
Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi danlam roman Salah Asuhan, Abdoel Moeis mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang kebarat-baratan dan lupa daratan. Dalam roman tersebut soal adat masih disinggung-singgungnya, bahkan di kritiknya tajam sekali. Beberapa karyanya berupa roman adalah Surapati, Robert anak Surapati dan Pertemuan Jodoh.
2. Sinopsis.
Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya, lincah dan menjadi dambaan setiap pria yang mengenalnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Setiap hari mereka berdua bermain tenis. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi agar hilanglah perasaan Corrie kepada Hanafi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya di sana.(Selengkapnya Download File nya DI SINI).
B. Nilai Intrinsik Novel1. Karakter.
a. Corrie.
· Baik.
"O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!" (164).
· Mudah Bergaul.
"Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas," kata Corrie sambil tertawa, "buat dua tiga orang perempuan saja masih berlapang-lapang." (7)
b. Hanafi.
· Keras Kepala.
"Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah!." (259).
· Kasar.
" Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!" kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh." (80).
c. Rapiah.
· Sabar.
"Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, \ lalu mengganti tangisnya dengan beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang." (83).
· Baik.
"Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak adalah orang yang sebaik ayahku itu." (238).
d. Ibu Hanafi.
· Sabar.
"Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya" (85)
· Baik.
"Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah! Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu." (119).
e. Nyonya Brom.
· Baik
"Ah, ah! Burung merpati dua sejoli!". (6)
· Sopan.
"Ah, ah! Burung merpati dua sejoli!" kata nyonya Brom dari jauh sambil tertawa dan mengacu-acukan raketnya kepada anak muda itu. (6)
f. Tuan Brom.
· Puitis.
Sepadan benar dengan Corrie perbandingan nyonya dengan merpati itu. (6).
· Baik.
Karena kelihatan olehnya Tuan dan Nyonya Brom, administrator Afdelingsbank, bersama-sama datang menuju ke tempat bermain tenis itu. (6)
g. Tuan Du Bussee.
· Tegas.
"Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya" (10).
h. Nyonya Samati (Istri Tuan Du Bussee yang sudah meniggal, dia adalah seorang perempuan Bumiputra) (9).
i. Simin. (13)
· Penurut.
"Simin!" Kata corrie, dengan suara keras dan nyaring.
"Saya, Non!". "Minta es…sama sirop asam..ohh, tidak sirop fanila saja.."
Sejurus lagi, "Simin, ah mint air Belanda saja!" (13).
· Baik.
Dengan tergopoh-gopoh Simin mengeluarkan es dari Petinya. (13).
j. Si Buyung.
· Penurut.
"engkau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh kejalan. Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke kebun. Sibuyung menolak kereta itu sampai ke dapur, lalu menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis' terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak berapa jauh letaknya dari rumah." (80)
k. Syafei.
· Berani.
"Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku." (196).
l. Nyonya Bergen. (Guru Sekolah) (7)
m. Nyonyo Pension.
· Penyayang.
Tapi setiap kali nyonya itu berkata dengan sedih, bahwa Hanafi harus menaruh sabar, bahwa belum terbuka baginya jalan bagi Corrie.
· Baik.
Dengan tertip dan sopan, Hanafi dipersilahkan duduk bersama-sama. (200)
n. Piet.
· Baik.
Didalam sebuah genggamannya ada sebuah botol kecil dan setelah ia menuangkan air dingin dari dalam karaf yang ada di atas cuci muka, maka dibukanya kelambu, lalu berkata : "Minumlah aspirin, Han!". (203)
o. Zuster.
· Penolong.
Bercururan air matanya kepada zuster, supaya zuster menyampaikan permintaan dari dokter. (220)
p. Nyonya Van Dammen.
· Baik.
Demikain nama nyonnya tua yang memelihara rumah tumpangan anak-anak piatu itu, terkejut melihat kedatangan Hanafi pada malam hari. (217)
q. Nyonya Hansen.
· Sopan.
Saya datang dari betawi; dari nyonya Hansen, yang pegang pension rumah tumpangan bangsa perempuan. (218)
2. Sudut Pandang.
Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel. (Selengkapnya Download File nya DI SINI). Nb : Resensi Novel Salah Asuhan ini belum lengkap saya posting, namun ini adalah gambaran sedikit dari apa yang saya kerjakan. Jika kamu ingin memiliki Resensi nya lebih lengkap, Download File nya DI SINI. Thanks!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar